Kamis, 28 Februari 2013

KISTA OVARIUM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

               Kista Ovanium adalah sejenis penyakit yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non - neoplasma seperti kista yang berasal dari korpus latium, tetapi di samping itu di temukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma.
               Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel - sel di tengah-tengah jaringan kologen. Selain mempunyai struktur fibroma biasa, kadang - kadang terdapat bagian - bagian mengalami degenerasi hialin. Mungkin pula terdapat elemen - elemen otot polos (Fibromioma ovani) dan kelenjar - kelenjar kistik (Kista Denofibroma Ovani). Fibroma Ovari Yang biasanya mempunyai tangkai, dan dapat torsi dengan gejala - gejala mendadak. Yang penting ialah bahwa pada tumor ini sering ditemukan sindrom meigs. Potensial keganasan pada fibroma ovari sangat rendah, kurang dari 1%.
               Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang mendorong wanita untuk melakukan pemeriksaan dalam menghadapi kista ovanium perlu dilakukan pemeriksaan  konsistensi, besar permukaannya dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kista ovarium ?
2.      Apa saja jenis-jenis dari kista ovarium ?
3.      Apa faktor penyebab dari kista ovarium ?
4.      Bagaimana patofisiologis dari kista ovarium ?
5.      Bagaimana manifestasi klinis pasien dengan kista ovarium ?
6.      Apa saja penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien kista ovarium ?
7.      Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien kista ovarium ?
8.      Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan kista ovarium ?
9.      Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kista ovarium ?



1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menggali dan memahami serta dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dangan kista ovarium.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan kajian data pada klien dengan kista ovarium.
2. Melakukan interpretasi data pada klien dengan kista ovarium.
3. Menegakkan diagnosa potensial pada klien dengan kista ovarium.
4. Mengidentifasikan kebutuhan segera pada klien dengan kista ovarium.
5. Menentukan rencana tindakan untuk klien dengan kista ovarium
6. Melaksanakan rencana tindakan pada klien dengan kista ovarium.
7. Melaksanakan  evaluasi atas tindakan  yang  dilakukan  pada klien dengan  kista ovarium.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, patofisiologi, serta penatalaksanaan pada pasien dengan kista ovarium.
2.      Pembaca khususnya mahasiswa program studi keperawatan memahami asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kista ovarium.
3.      Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kasus kista ovarium.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
2.1 Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).

2.2 Klasifikasi
        Klasifikasi tumor ovari, sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan ini dibagi menjadi 2, yaitu kistik dan solid
1)      Tumor Kistik Ovarium
Tumor kistik ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi  terutama yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang  berasal dari corpus luteum. Tetapi disamping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena itu, tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non neoplastik (fungsional) dan neoplastik.
A.    Kista Ovarium Non Neoplastik (fungsional)
            Macam-macam kista ovarium non neoplastik (fungsional), yaitu:
a.       Kista Folikel
Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering  terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal. Diameter kista berkisar dari ukuran mikroskopik   sampai 8 cm (rata-rata 2 cm).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan menghilang dengan spontan dalam waktu < 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat pendek atau sangat panjang. Perdarahan intraperitoneal dan torsi merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Kista yang terus membesar dan menetap > 60 hari memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk     kista < 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, pemeriksaan ulang dalam waktu 6  minggu dan sekali lagi dalam waktu 8 minggu jika kista tetap ada. Pada kista folikel > 4 cm atau jika kista kecil menetap, pemberian kontrasepsi oral selama  4 - 8 minggu akan menyebabkan kista menghilang sendiri.
b.      Kista Korpus Luteum
Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika  berukuran > 3 cm. Kadang-kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm (rata-rata 4 cm). Penyulit proses ini dapat terjadi akibat perdarahan atau dari kista korpus luteum.
Tindakan operatif biasanya berupa kistektomi ovarii dengan mempertahankan ovarium. Operasi perlu dilakukan jika hemotorik cairan yang didapat melalui kuldosentesis > 15%. Namun jika perdarahan tidak begitu berat, rasa sakit dan nyeri tekan berhubungan dengan menstruasi yang terlambat atau amenorea, karena itu kista korpus luteum harus dibedakan dengan kehamilan ektopik, ruptur endometrium dan   torsi adneksa. Biasanya dilakukan dengan pemeriksaan HcG (Human Chorionik Gonadotropin) dan Ultrasonografi (USG). Kista yang menetap dapat menghilang setelah pemberian kontrasepsi oral selama 4 - 8 minggu.
c.       Korpus Teka Lutein

Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit trofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa, koriokarsinoma), kehamilan ganda atau kehamilan dengan penyulit diabetes melitus atau sensitisasi Rh, penyakit ovarium polikistik (Sindrom Stein Leventhal), dan pemberian zat perangsang ovulasi (misalnya klomifen atau terapi HcG).
Gejala-gejala yang timbul biasanya minimal (misalnya rasa penuh atau menekan pada pelvis), meskipun ukuran ovarium seluruhnya dapat sebesar 10 - 20 cm.

B.     Kista Ovarium Neoplastik
Macam-macam kista neoplastik, yaitu:
a.       Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwana kuning.
b.      Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kista ini berasal dari teratoma. Namun, pendapat lain mengatakan kista ini berasal dari epitel germinativum atau mempunyai asal yang sama dengan Tumor Brenner. Bentuk kista multilokular, biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlakatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
c.       Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, bila multilokular perlu di curigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal dapat timbul asites.
d.      Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
   
2)      Tumor Solid Ovarium
a.       Fibroma Ovarii
Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor, ada yang konsistensinya memang betul-betul keras yang disebut fibroma durum; sebaliknya, ada yang cukup lunak dan disebut fibroma molle. Kalau tumor dibelah, permukaannya biasanya homogen. Akan tetapi, pada tumor yang agak besar mungkin terdapat bagian-bagian yang menjadi cair karena nekrosis.
b.      Tumor Brenner
Besar tumor ini baraneka ragam, dari yang kecil (garis tengahnya kurang dari 5 cm) sampai yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor unilateral, yang pada pembelahan berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan kista-kista kecil (multikistik). Kadang-kadang pada tumor ini ditemukan sindrom meigs.
c.       Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat jarang, dalam kepustakaan dunia hingga kini hanya dilaporkan 30 kasus. Tumor ini biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5 - 16 cm diameter.
Tentang asalnya ada beberapa teori, yang mendapat dukungan ialah 2 teori, yang satu menyatakan bahwa tumor berasal dari sel-sel mesenkhim folikel primordial, yang lain mengatakan dari sel adrenal aktopik dalam ovarium.





2.3 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1.      Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a.       Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b.      Zat tambahan pada makanan
c.       Kurang olah raga
d.      Merokok dan konsumsi alcohol
e.       Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f.       Sering stress
g.      Zat polutan
2.      Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

2.4  Patofisiologis
1.      Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
a.       Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
b.      Kista fungsional
1)      Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.
2)      Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.
3)      Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.
4)      Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.

2.      Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)
a.       Kistoma ovarii simplek.
Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b.      Kistadenoma ovarii musinosum.
Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.
c.       Kistadenoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
d.      Kista endometroid.
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
e.       Kista dermoid.
Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur¬struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

2.5  Manifestasi Klinis
Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Ø  Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a.       Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b.      Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c.       Nyeri saat bersenggama.
d.      Perdarahan.
Ø  Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a.       Gangguan haid
b.      Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c.       Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d.      Nyeri saat bersenggama.
Ø  Pada stadium lanjut :
a.       Asites
b.      Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
c.       Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d.      Gangguan buang air besar dan kecil.
e.       Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.6  Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
a.       Keperawatan
1)      Mengurangi Nyeri
2)      Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.
3)      Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat luka di rumah          
4)      Mencegah kekurangan volume Cairan
5)      Mempertahankan integritas kulit
6)      Memberikan nutrisi yang adekuat
7)      Mengurangi ansietas
b.                                 Penatalaksanaan medis
1)                     Pengangkatan kista ovarium
Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.


2)      Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
3)      Perawatan pasca operasi
Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4)      Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
5)      Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999).
6)      Asuhan post operatif
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).

2.7  Pemeriksaan Diagnostik
  1. Laparaskopi
 Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
  1. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
  1. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
  1. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
5.   Pap smear
            Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.

2.8  Komplikasi
Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
  1. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
b.   Perputaran tangkai
                  Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
  1. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
  1. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
e.   Keganasan kista ovarium
            Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.

B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
  1.  Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dalam pengumpulan data pasien/klien dengan menggunakan tehnik wawancara,observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Tetapi pada kasus amputasi lebih difokuskan pada :

a.      Riwayat penyakit
1.      Keluhan utama
Pasien mengatakan perut sebelah kiri bawah terasa sakit dan nyeri karena ada benjolan.
2.      Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, DM, HT, JANTUNG.
3.      Riwayat kesehatan keluaga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, DM, HT, JANTUNG.
4.      Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bahwa drinya menderita / mempunyai penyakit kista ovarium.
b.  Pola kehidupan sehari - hari.
a. Pola nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x / sehari dengan porsi nasi, lauk pauk, sayur, buah dan minum susu dan minum air putih ± 8 gelas / hari.
b. Pola eliminasi
BAB :  Ibu mengatakan BAB 1x / hari konsistensi lunak,warna kuning tenguli dan bau khas.
BAK : Ibu mengatakan BAK 5 - 6x / sehari konsistensi cair,warna kuning jernih dan bau khas.
c. Pola aktifitas
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan ibu rumah tangga dan melakukan pekerjaan sehari - hari seperti memasak, mencuci dan mengepel dll.
d. Pola istirahat dan tidur
Siang   : + 2 jam ( 12.00 - 14.00 ).
Malam : + 8 jam ( 21.00 - 05.00 ).
e. Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu dengan tidak ada keluhan.
f. Pola kebiasaan sehari - hari
Ibu mengatakan mandi 2x / hari dan ganti baju 3x / hari dan gosok gigi 3x / hari.
c.       Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu proses pengumpulan data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan klien dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Namun pemeriksaan fisik pada pasien kista ovarium    lebih menekankan pada :
a.      Inspeksi
Rambut     : bersih, hitam, tidak ada ketombe
Muka         : - Cloasma Gravidarum    : tidak ada odem
-   Konjungtiva                 : merah muda (tidak anemis)
-   Sclera                           : Putih (tidak Ikterus)
Mulut         : - Stomatitis                     : tidak ada stomatitis
-  Gigi                               : tidak caries
Leher         : - Pembesaran kelenjar betah bening   : tidak ada
-  Struma                                             : tidak ada
-  Pembesaran jugularis                       : tidak ada
Dada          : Simetris
Payudara   : - Bentuk                      : Menggantung
-  Aerola                      : Hiperpegmentasi
-  Putting susu             : Menonjol
-  Keluaran                   : Colostrum (-) tidak ada cairan darah dan nanah
Perut          : - Striae                        : Tidak ada
-  Linea                        : Tidak ada
-  Pembesaran              : Tidak ada pembesaran dan tidak ada benjolan
-  Bekas luka                : Tidak ada bekas luka operasi

Vulva         : - warna                        : Kecoklatan
-  Luka perut                : Tidak ada
-  Keluaran                   : Tidak ada
-  Varises                     : Tidak ada
-  Odema                     : Tidak ada
Anus          : - Hemoroid                 : Tidak ada
-  Varices                     : Tidak ada
Ektremitas atas / bawah    : - Varises   : -/-
-   Odema  : -/-


d.      Pemeriksaan diagnostic
1)      Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2)      Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3)      Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4)      Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
5)      Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.

2.      Penatalaksanaan
c.       Keperawatan
8)      Mengurangi Nyeri
9)      Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.
10)  Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat luka di rumah          
11)  Mencegah kekurangan volume Cairan
12)  Mempertahankan integritas kulit
13)  Memberikan nutrisi yang adekuat
14)  Mengurangi ansietas

1.      Asuhan Keperawatan Kista Ovarium Pre Operasi
a.      Pengkajian
Pada pengkajian pre operasi pasien dengan kista ovarium biasanya didapatkan data subyektif dan data obyektif yaitu:
Data Subyektif
Data Obyektif
Masalah
·         Pasien mengatakan rasa penuh di perut.
·         Pasien mengatakan perut terasa kembung.
·         Pasien mengatakan mual.
·         Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan.
·         Pasien tidak menghabiskan makanan yang disediakan.
·         Berat badan pasien turun dari berat badan sebelumnya.



Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang.

·         Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.
·         Pasien mengatakan teraba massa pada perutnya.
·         Pasien mengatakan perutnya bengkak.
·         Terdapat Acites.
·         Terdapat massa pada abdomen.
·         Pasien terlihat meringis.
Nyeri dan Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat inflamasi sel kanker.

·         Pasien mengatakan riwayat kanker payudara dan kanker kolon serta ada rasa takut atau cemas.
·         Pasien bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya.
Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
·         Pasien mengatakan merasa malu.
·         Pasien mengatakan ada cairan yang keluar dari vaginanya.
·         Pengeluaran cairan pervaginam.

Gangguan konsep diri (citra diri dan Berduka) berhubungan dengan perubahan gaya hidup, peran dan penampilan.


Diagnosa yang dapat muncul Menurut Carpenito,L.J (2000) adalah :
1)      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang.
2)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat inflamasi sel kanker.
3)      Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan kemoterapi (mual, muntah).
4)      Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
5)      Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan gaya hidup, peran dan penampilan.
6)      Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh.

b.      Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan yang terdiri dari prioritas diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Tahap awal dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan.
1)      Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang paling dikeluhkan  pasien :
a)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat  inflamasi sel kanker.
b)      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang.
c)      Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan kemoterapi (mual, muntah).
d)     Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
e)      Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan gaya hidup, peran dan penampilan.
f)       Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh.

2)      Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan menurut  Doengoes (2000) dan Carpenito (2000) :
a)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat     inflamasi sel kanker.
Tujuan                  : Rasa nyeri pasien berkurang
Kriteria Hasil         : pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang, pasien     tidak tampak meringis
Intervensi              :
Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik). Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Observasi vital sign setiap 6 jam. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional                :
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan  informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi. Pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan. Respon nyeri meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi dan    pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan tanda vital memerlukan evaluasi lanjut. Analgetik dapat  menghilangkan spasme dan nyeri otot.

b)      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan   anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang.
Tujuan                   : Kebutuhhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil         : pasien tidak mual dan muntah, pasien menghabiskan porsi yang diberikan, berat badan pasien meningkat dari berat badan sebelumnya
Intervensi              :
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan yang tepat. Timbang berat badan setiap hari. Pertahankan higiene oral yang  baik sebelum dan sesudah makan. Hindari membaui makanan dan rangsangan yang tidak mengenakkan


Rasional                :
Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat   setelah perioda puasa. Menimbang berat badan memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau keefektipan terapi. Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan. Membaui makanan yang tidak mengenakkan dapat meningkatkan rasa mual pasien
c). Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan kemoterapi (mual, muntah)
Tujuan                   :  Istirahat tidur terpenuhi
Kriteria Hasil         : pasien mengatakan bisa tidur pada malam hari, tidak ada lingkaran hitam pada daerah mata
Intervensi              :
Kaji tingkat tidur pasien. Ciptakan lingkungan yang nyaman. Anjurkan untuk memilih posisi yang nyaman saat tidur. Observasi tanda vital terutama tekanan darah.
Rasional                :
Untuk mengetahui tingkat tidur pasien. Lingkungan yang nyaman membantu pasien tidur dengan tenang. Posisi yang nyaman dapat meningkatkan jam tidur pasien. Tekanan darah yang rendah (hipotensi) menunjukkan kekurangan  tidur pada pasien.
c)      Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
Tujuan                   : Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Kriteria Hasil         : pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya, pasien tampak tidak cemas
Intervensi              :
Beri HE tentang penyakit dan pengobatan yang akan dijalani. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya. Libatkan pasien dan orang terdekat dalam mengambil keputusan. Evaluasi tingkat kecemasan, catat respon verbal dan non verbal.


Rasional                :
Untuk menambah  pengetahuan pasien sehingga cemasnya dapat berkurang. Mengurangi beban yang dirasakan pasien dan  mempermudah dalam memberikan intervensi. Meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama, menurunkan rasa tak berdaya/putus asa. Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat.
d)     Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan gaya hidup,    peran dan penampilan.
Tujuan                   : Gangguan konsep diri dapat diatasi
Kriteria Hasil         : pasien tidak malu terhadap penyakitnya
Intervensi              :
Anjurkan orang terdekat untuk memperlakkukan pasien sebagai orang normal. Berikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitasnya. Kaji tingkat dukungan untuk pasien. Kaji adanya prilaku merusak diri.
Rasional                :
Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu mengatur situasi dan membantu mempertahankan harga diri pasien. Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subyek positif dan mengidentifikasi kesalahan/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi. Dukungan yang cukup dari orang terdekat dapat membantu peningkatan harga diri pasien. Menunjukkkan disfungsi koping dan upaya untuk menangani masalah dalam tindakan tidak efektif.
e)      Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh.
Tujuan                   : Pasien dapat mengekspresikan berdukanya
Kriteria Hasil         : pasien tidak berduka, pasien dapat menerima dirinya



Intervensi              :
Catat adanya pernyataan tarhadap perasaan putus asa, tidak berdaya dan hampa. Hormati keinginan pasien untuk tidak bicara. Bersikap tulus jangan memberikan jaminan yang tidak pasti. Rujuk pada pelayanan lain, konseling dan sebagainya.
Rasional                :
Perasaan putus asa, tidak berdaya dan hampa merupakan indikasi untuk mengakhiri hidup (Bunuh diri). Mungkin tidak siap untuk menghadapi perasaan berduka. Ketulusan dapat meningkatkkan hubungan saling percaya. Dengan konseling pasien dapat mengekspresikan perasaannya secara terbuka.

c.       Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003).

d.      Evaluasi
1.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2.      Rasa nyeri berkurang
3.      Istirahat dan tidur terpenuhi
4.      Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
5.      Gangguan konsep diri dapat diatasi
6.       Pasien dapat mengekspresikan proses berduka

2.      Asuhan Keperawatan Kista Ovarium Post Operasi
a.      Pengkajian
Pada pengkajian post operasi pasien dengan kista ovarium biasanya didapatkan data subyektif dan data obyektif yaitu:
Data Subyektif
Data Obyektif
Masalah
·         Nyeri diarea bekas operasi
·         Merasa tidak nyaman diperut
·         Ketidaknyamanan abdomen
·         Nyeri tekan pada area bekas operasi
·         Ekspresi wajah meringis
Gangguan rasa nyaman nyeri.
·         Merasa penuh dikandung kemih
·         Tidak ada haluaran urine.
·         Distensi kandung kemih
·         Inkontinensia urine

Perubahan eleminasi urinarius.
·         Pasien mengatakan lemas
·         Pasien tampak pucat
·         Kunjungtiva anemis
·         RBC, HGB, HCT dalam batas tidak normal
Perubahan perfusi jaringan.
·         Pasien mengatakan ada luka
·         Terdapat luka bekas operasi

Resiko tinggi infeksi dan kerusakan integritas kulit
·         Pasien mengatakan takut
·         Pasien mengatakan tidak berguna
·         Pasien selalu mengeluh
·         Pasien tampak takut
Harga diri rendah



b.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan otot
b.      Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan
c.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pembedahan, trauma jaringan dan statis jaringan tubuh
d.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah jaringan pasca operasi
e.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal
f.       Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan feminitas

c.       Perencanaan
1)      Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas kebutuhan menurut hirarki Abraham Maslow, adapun urutan prioritasnya adalah sebagai berikut :
                                                 a).   Perubahan perfusi jaringan
                                                 b).   Nyeri akut
                                                 c).   Perubahan eliminasi urinarius
                                                d).   Kerusakan integritas kulit/jaringan
                                                 e).   Resiko tinggi infeksi
                                                  f).   Harga diri rendah

2)      Rencana Keperawatan
(a)    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah jaringan pasca operasi
Tujuan                      : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil             : pasien tidak lemas, pasien tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, hasil lab dalam batas normal.



Intervensi                 :
Pantau tanda vital, pengisian kapiler, warna kulit, membran mukosa. Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi. Catat keluhan rasa dingin dan pertahankan suhu lingkungan. Kolaborai pemberian oksigen sesuai indikasi.
Rasional                   :
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi yang tepat. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark. Vasokonstriksi (keorgan vital) menurunkan sirkulasi perifer. Memaksimalkan transfer oksigen ke jaringan.
(b) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan otot
Tujuan                      : Rasa nyeri pasien berkurang
Kriteria hasil             : pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, pasien tidak meringis
Intervensi                 :
Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik). Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Observasi vital sign setiap 6 jam. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional    :
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan  informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi. Pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan. Respon nyeri meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi dan    pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan tanda vital memerlukan evaluasi lanjut. Analgetik dapat  menghilangkan spasme dan nyeri otot.
(c)    Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan local
Tujuan                   : Eliminasi urine lancar/nomal
Kriteria hasil          : pasien tidak merasa penuh di kandung kemih, ada haluaran urine, tidak distensi kandung kemih.


Intervensi              :
Kaji adanya kateter uretral dan observasi aliran urine. Catat keluaran urine, sedikit penurunan/penghentian urine secara tiba-tiba. Observasi dan catat warna urine. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan adekuat.
Rasional                :
Mempertahankan potensi ureter dan membantu penyembuhan anastomosis dengan mempertahankan bebasnya urine. Penurunan urine secara tiba-tiba dapat mengindikasikan obstruksi/disfungsi. Warna urine dapat kemerahmudaan yang seharusnya jernih 2-3 hari. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik.
(d)   Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan
Tujuan                   : Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki
Kriteria hasil          : tidak ada luka
Intervensi              :
Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan   nekrotik dan kondisi disekitar luka. Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit. Gunakan lotion pada kulit yang kering. Gunakan lotion pada kulit yang kering.
Rasional                :
memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk pada area sirkulasi luka. Agar luka tidak bertambah luas. Lotion dapat memberikan kelembaban pada kulit.
(e)    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pembedahan, trauma jaringan dan statis jaringan tubuh
Tujuan                   : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil          : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi              :
Kaji tanda vital terutama suhu. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik terhadap staf dan pengunjung. Tekankan higiene personal. Hindari/batasi prosedur invasif, taati teknik aseptic. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional                :
Peningkatan suhu dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi. Membantu potensial sumber infeksi dan/pertumbuhan sekunder. menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen infeksi. Antibiotik merupakan obat pencegah infeksi.
(f)    Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan feminitas
Tujuan                   : Harga diri meningkat
Kriteria hasil          : pasien tidak menarik diri, pasien mengatakan bahwa dirinya berguna, pasien tidak takut
Intervensi              :
Dengarkan keluhan pasien dan tanggapannya mengenai keadaan yang dialami. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien senormal mungkin. Berikan informasi yang akurat diskusikan tentang pengobatan dan prognosa. Perhatikan perasaan atau reaksi terhadap kecemasan seksual pasien.
Rasional                :
Memberikan petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan. Melibatkan pasien dalam keluarga mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan sosial, tidak berdaya dan perasaan tidak berguna. Informasi yang akurat dapat memberikan pengetahuan yang luas   sehingga pasien bisa menerima keadaannya. Prilaku mungkin kacau. Menciptakan konflik pasien/staf yang selanjutnya membuat perasaan negatif dan dapat menghilangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi.

d.      Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003)
e.       Evaluasi
1)      Perfusi jaringan adekuat
2)      Eliminasi urinarius lancar/normal
3)      Rasa nyeri berkurang
4)      Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki
5)      Infeksi tidak terjadi
6)      Harga diri meningkat


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kista ovarium paling sering berupa kista folikel atau kista korpus luteum yang dapat menyebabkan amonorea yaitu kondisi ketiadaan menstruasi atau periode loncatan menstruasi ( Reeder Martin, buku Kedokteran Keperawatan Maternitas vol : 1,hal : 262-263). Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Asuhan keperawatan pada kista ovarium didahului dengan melakukan pengkajian, untuk mendapatkan data dan merumuskan diagnosa yang muncul. Diagnose yang muncul pada kista ovarium yaitu : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Gangguan rasa nyaman nyeri, Ganguan istirahat tidur, Ansietas, Gangguan konsep diri (citra diri), Berduka, Perubahan perfusi jaringan, Nyeri akut, Perubahan eliminasi urinarius, Kerusakan integritas kulit/jaringan, Resiko tinggi infeksi, Harga diri rendah. Perencanaan  masing-masing diagnose berbeda. Untuk implementasi sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Terakhir membuat evaluasi sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada perencanaan.


B.     Saran
Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.  Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi. Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit kista ovarium, maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk



1 komentar: