BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kista
Ovanium adalah sejenis penyakit yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non - neoplasma seperti kista yang berasal dari korpus latium, tetapi
di samping itu di temukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma.
Neoplasma
ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel - sel di tengah-tengah jaringan
kologen. Selain mempunyai struktur fibroma biasa, kadang - kadang terdapat
bagian - bagian mengalami degenerasi hialin. Mungkin pula terdapat elemen -
elemen otot polos (Fibromioma ovani) dan kelenjar - kelenjar kistik (Kista
Denofibroma Ovani). Fibroma Ovari Yang biasanya mempunyai tangkai, dan dapat
torsi dengan gejala - gejala mendadak. Yang penting ialah bahwa pada tumor ini
sering ditemukan sindrom meigs. Potensial keganasan pada fibroma ovari sangat
rendah, kurang dari 1%.
Pembesaran
pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang mendorong wanita
untuk melakukan pemeriksaan dalam menghadapi kista ovanium perlu dilakukan
pemeriksaan konsistensi, besar
permukaannya dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kista ovarium ?
2.
Apa saja jenis-jenis dari kista ovarium ?
3.
Apa faktor penyebab dari kista ovarium ?
4.
Bagaimana patofisiologis dari kista ovarium ?
5.
Bagaimana manifestasi klinis pasien dengan kista
ovarium ?
6.
Apa saja penatalaksanaan medis yang dilakukan pada
pasien kista ovarium ?
7.
Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien kista
ovarium ?
8.
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien
dengan kista ovarium ?
9.
Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kista
ovarium ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menggali dan memahami serta dapat
melakukan asuhan keperawatan pada klien dangan kista ovarium.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan kajian data pada klien dengan kista ovarium.
2. Melakukan interpretasi data pada klien dengan kista
ovarium.
3. Menegakkan diagnosa potensial pada klien dengan kista
ovarium.
4. Mengidentifasikan kebutuhan segera pada klien dengan
kista ovarium.
5. Menentukan rencana tindakan untuk klien dengan kista
ovarium
6. Melaksanakan rencana tindakan pada klien dengan kista
ovarium.
7. Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
dilakukan pada klien dengan kista ovarium.
1.4
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini
adalah :
1.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi,
patofisiologi, serta penatalaksanaan pada pasien dengan kista ovarium.
2.
Pembaca khususnya mahasiswa program studi keperawatan
memahami asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kista ovarium.
3.
Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
terhadap pasien dengan kasus kista ovarium.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori
2.1 Definisi
Kista adalah
suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti
bubur (Dewa, 2000).
Kista ovarium
secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium
merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus
luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium
sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya
diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi tumor ovari, sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan,
baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan ini dibagi menjadi 2, yaitu kistik dan solid
1)
Tumor Kistik Ovarium
Tumor kistik ovarium merupakan jenis yang paling sering
terjadi terutama yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang
berasal dari corpus luteum. Tetapi disamping itu ditemukan pula jenis
yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena itu, tumor kistik dari ovarium yang
jinak dibagi dalam golongan non neoplastik (fungsional) dan neoplastik.
A.
Kista Ovarium Non Neoplastik (fungsional)
Macam-macam kista ovarium non neoplastik
(fungsional), yaitu:
a.
Kista Folikel
Kista folikel adalah
struktur normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang berasal
dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna.
Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan
merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal. Diameter kista
berkisar dari ukuran mikroskopik sampai 8 cm (rata-rata 2 cm).
Kista folikel
biasanya tidak bergejala dan menghilang dengan spontan dalam waktu < 60
hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang
sangat pendek atau sangat panjang. Perdarahan intraperitoneal dan torsi
merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Kista yang terus membesar dan menetap
> 60 hari memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan yang biasa
dilakukan untuk kista < 4 cm adalah pemeriksaan
ultrasonografi awal, pemeriksaan ulang dalam waktu 6 minggu dan sekali
lagi dalam waktu 8 minggu jika kista tetap ada. Pada kista folikel > 4 cm
atau jika kista kecil menetap, pemberian kontrasepsi oral selama 4 - 8
minggu akan menyebabkan kista menghilang sendiri.
b.
Kista Korpus Luteum
Korpus luteum
disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm. Kadang-kadang
diameter kista ini dapat sebesar 10 cm (rata-rata 4 cm). Penyulit proses ini
dapat terjadi akibat perdarahan atau dari kista korpus luteum.
Tindakan operatif
biasanya berupa kistektomi ovarii dengan mempertahankan ovarium. Operasi perlu
dilakukan jika hemotorik cairan yang didapat melalui kuldosentesis > 15%.
Namun jika perdarahan tidak begitu berat, rasa sakit dan nyeri tekan
berhubungan dengan menstruasi yang terlambat atau amenorea, karena itu kista
korpus luteum harus dibedakan dengan kehamilan ektopik, ruptur endometrium
dan torsi adneksa. Biasanya dilakukan dengan pemeriksaan HcG (Human
Chorionik Gonadotropin) dan Ultrasonografi (USG). Kista yang menetap dapat
menghilang setelah pemberian kontrasepsi oral selama 4 - 8 minggu.
c.
Korpus Teka Lutein
Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih
jarang dibanding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein
diisi oleh cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit
trofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa, koriokarsinoma), kehamilan
ganda atau kehamilan dengan penyulit diabetes melitus atau sensitisasi Rh,
penyakit ovarium polikistik (Sindrom
Stein Leventhal), dan pemberian zat perangsang ovulasi (misalnya klomifen
atau terapi HcG).
Gejala-gejala yang timbul biasanya minimal (misalnya
rasa penuh atau menekan pada pelvis), meskipun ukuran ovarium seluruhnya dapat
sebesar 10 - 20 cm.
B.
Kista Ovarium Neoplastik
Macam-macam kista neoplastik, yaitu:
a.
Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya
rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi
besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwana kuning.
b.
Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kista ini berasal dari teratoma. Namun, pendapat lain
mengatakan kista ini berasal dari epitel germinativum atau mempunyai asal yang
sama dengan Tumor Brenner. Bentuk kista multilokular, biasanya unilateral,
dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan
perubahan degeneratif sehingga timbul perlakatan kista dengan omentum,
usus-usus dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena
perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma
peritonei.
c.
Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal
dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, bila multilokular
perlu di curigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak
sebesar kista musinosum. Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain
teraba massa intraabdominal dapat timbul asites.
d.
Kista Dermoid
Kista dermoid adalah
teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan
lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan
agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat
terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini
diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis
adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
2)
Tumor Solid Ovarium
a.
Fibroma Ovarii
Tumor ini dapat
mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kilogram,
dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensi keras, warnanya
merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor, ada yang konsistensinya
memang betul-betul keras yang disebut fibroma durum; sebaliknya, ada yang cukup
lunak dan disebut fibroma molle. Kalau tumor dibelah, permukaannya biasanya
homogen. Akan tetapi, pada tumor yang agak besar mungkin terdapat bagian-bagian
yang menjadi cair karena nekrosis.
b.
Tumor Brenner
Besar tumor ini
baraneka ragam, dari yang kecil (garis tengahnya kurang dari 5 cm) sampai yang
beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor unilateral, yang pada pembelahan
berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan kista-kista kecil
(multikistik). Kadang-kadang pada tumor ini ditemukan sindrom meigs.
c.
Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat
jarang, dalam kepustakaan dunia hingga kini hanya dilaporkan 30 kasus. Tumor
ini biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5 - 16 cm diameter.
Tentang asalnya ada
beberapa teori, yang mendapat dukungan ialah 2 teori, yang satu menyatakan
bahwa tumor berasal dari sel-sel mesenkhim folikel primordial, yang lain
mengatakan dari sel adrenal aktopik dalam ovarium.
2.3 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara
pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1.
Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a.
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan
kurang serat
b.
Zat tambahan pada makanan
c.
Kurang olah raga
d.
Merokok dan konsumsi alcohol
e.
Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f.
Sering stress
g.
Zat polutan
2.
Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang
berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu
sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi,
atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
2.4 Patofisiologis
1.
Kista
non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
a.
Kista
non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang
dalam timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya
tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang
tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
b. Kista fungsional
1) Kista folikel. Kista dibentuk ketika
folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi
cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut
pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi
dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari
8 cm.
2) Kista korpus luteum. Terjadi setelah
ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan
keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau
pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi
oovorektomi.
3) Kista tuka lutein. Ditemui pada
kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil
lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat
mola.
4) Kista Stein Laventhal. Disebabkan
kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan
produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat
terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan
oovorektomi.
2.
Kish
neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)
a.
Kistoma
ovarii simplek.
Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan
torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b.
Kistadenoma
ovarii musinosum.
Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun
diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen
yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.
c.
Kistadenoma
ovarii serosum.
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka
harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami
keganasan.
d.
Kista
endometroid.
Kista biasanya unilateral dengan permukaan
licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan
epitel endometrium.
e.
Kista
dermoid.
Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur¬struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih
menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel
telur melalui proses patogenesis.
2.5 Manifestasi Klinis
Kebayakan kista
ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
berfariasi dan tidak spesifik.
Ø
Tanda
dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a.
Menstruasi
yang tidak teratur, disertai nyeri.
b.
Perasaan
penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c.
Nyeri saat
bersenggama.
d.
Perdarahan.
Ø
Pada
stadium awal gejalanya dapat berupa:
a.
Gangguan
haid
b.
Jika sudah
menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c.
Dapat
terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan
dan sakit diperut.
d.
Nyeri saat
bersenggama.
Ø
Pada
stadium lanjut :
a.
Asites
b.
Penyebaran
ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
c.
Perut
membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d.
Gangguan
buang air besar dan kecil.
e.
Sesak nafas
akibat penumpukan cairan di rongga dada.
2.6 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
a.
Keperawatan
1)
Mengurangi Nyeri
2)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan
sinkope akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa
mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.
3)
Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik
dalam merawat luka di rumah
4)
Mencegah kekurangan volume Cairan
5)
Mempertahankan integritas kulit
6)
Memberikan nutrisi yang adekuat
7)
Mengurangi ansietas
b.
Penatalaksanaan medis
1)
Pengangkatan
kista ovarium
Pengangkatan
kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2)
Kontrasepsi
oral
Kontrasepsi
oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
3)
Perawatan
pasca operasi
Perawatan
pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4)
Tindakan
keperawatan
Tindakan
keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan
manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan
yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
5)
Tindakan
operasi pada tumor ovarium neoplastik
Tindakan
operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan
tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
(Wiknjosastro, et.all, 1999).
6)
Asuhan
post operatif
Asuhan post
operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk
melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk
mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi.
Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi
mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan
rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek
anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun.
Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit,
suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese
urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien
di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu
di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam
4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai
anjuran (Long, 1996).
2.7
Pemeriksaan Diagnostik
- Laparaskopi
Pemeriksaan
ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
- Ultrasonografi
Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan
dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
- Foto Rontgen
Pemeriksaan
ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen
pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di
atas.
- Parasentesis
Telah
disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan
kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
5. Pap
smear
Untuk
mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.
2.8 Komplikasi
Menurut manuaba (
1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
- Perdarahan intra tumor
Perdarahan
menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang
cepat.
b. Perputaran
tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan
nyeri abdomen.
- Infeksi pada tumor
Menimbulkan
gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
- Robekan dinding kista
Pada torsi
tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam
rungan abdomen.
e. Keganasan
kista ovarium
Terjadi
pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dalam
pengumpulan data pasien/klien dengan menggunakan tehnik wawancara,observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Tetapi pada kasus amputasi lebih difokuskan
pada :
a.
Riwayat
penyakit
1.
Keluhan utama
Pasien mengatakan
perut sebelah kiri bawah terasa sakit dan nyeri karena ada benjolan.
2.
Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan
tidak pernah mempunyai penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, DM,
HT, JANTUNG.
3.
Riwayat kesehatan keluaga
Pasien mengatakan
dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit menular, menurun dan
menahun seperti TBC, DM, HT, JANTUNG.
4.
Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bahwa
drinya menderita / mempunyai penyakit kista ovarium.
b. Pola
kehidupan sehari - hari.
a. Pola nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x / sehari dengan
porsi nasi, lauk pauk, sayur, buah dan minum susu dan minum air putih ± 8
gelas / hari.
b. Pola eliminasi
BAB : Ibu mengatakan BAB 1x / hari konsistensi
lunak,warna kuning tenguli dan bau khas.
BAK : Ibu mengatakan
BAK 5 - 6x / sehari konsistensi cair,warna kuning jernih dan bau khas.
c. Pola aktifitas
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan ibu
rumah tangga dan melakukan pekerjaan sehari - hari seperti memasak, mencuci dan
mengepel dll.
d. Pola istirahat dan tidur
Siang
: + 2 jam ( 12.00 - 14.00 ).
Malam : + 8 jam ( 21.00 - 05.00 ).
e. Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x
dalam seminggu dengan tidak ada keluhan.
f. Pola kebiasaan sehari - hari
Ibu mengatakan mandi 2x / hari dan ganti
baju 3x / hari dan gosok gigi 3x / hari.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu proses pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan klien dengan menggunakan teknik
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Namun pemeriksaan fisik pada pasien
kista ovarium lebih menekankan pada :
a.
Inspeksi
Rambut :
bersih, hitam, tidak ada ketombe
Muka :
- Cloasma Gravidarum : tidak ada odem
-
Konjungtiva :
merah muda (tidak anemis)
-
Sclera :
Putih (tidak Ikterus)
Mulut :
- Stomatitis : tidak
ada stomatitis
- Gigi : tidak caries
Leher : - Pembesaran kelenjar betah bening : tidak ada
- Struma :
tidak ada
- Pembesaran
jugularis : tidak
ada
Dada : Simetris
Payudara : - Bentuk :
Menggantung
- Aerola : Hiperpegmentasi
- Putting
susu : Menonjol
- Keluaran : Colostrum (-) tidak ada
cairan darah dan nanah
Perut
: - Striae : Tidak ada
- Linea : Tidak ada
- Pembesaran
: Tidak ada pembesaran dan
tidak ada benjolan
- Bekas
luka : Tidak ada bekas luka
operasi
Vulva : - warna : Kecoklatan
- Luka
perut : Tidak ada
- Keluaran : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
- Odema : Tidak ada
Anus : - Hemoroid : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
Ektremitas
atas / bawah : - Varises : -/-
-
Odema : -/-
d.
Pemeriksaan
diagnostic
1)
Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
silat-sifat tumor itu.
2)
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak
dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3)
Foto
Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.
4)
Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna
menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.
(Wiknjosastro, et.all, 1999)
5)
Pap
smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker/kista.
2. Penatalaksanaan
c.
Keperawatan
8)
Mengurangi Nyeri
9)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan
sinkope akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa
mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.
10) Penyuluhan
pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat luka di rumah
11) Mencegah
kekurangan volume Cairan
12) Mempertahankan
integritas kulit
13) Memberikan
nutrisi yang adekuat
14) Mengurangi
ansietas
1. Asuhan Keperawatan Kista Ovarium Pre
Operasi
a. Pengkajian
Pada pengkajian pre operasi
pasien dengan kista ovarium biasanya didapatkan data subyektif dan data
obyektif yaitu:
Data Subyektif
|
Data Obyektif
|
Masalah
|
·
Pasien mengatakan rasa penuh di perut.
·
Pasien mengatakan perut terasa kembung.
·
Pasien mengatakan mual.
·
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan.
|
·
Pasien tidak menghabiskan makanan yang
disediakan.
·
Berat badan pasien turun dari berat badan
sebelumnya.
|
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan
intake makanan kurang.
|
·
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah.
·
Pasien mengatakan teraba massa pada perutnya.
·
Pasien mengatakan perutnya bengkak.
|
·
Terdapat Acites.
·
Terdapat massa pada abdomen.
·
Pasien terlihat meringis.
|
Nyeri dan Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat inflamasi sel kanker.
|
·
Pasien mengatakan riwayat kanker payudara dan
kanker kolon serta ada rasa takut atau cemas.
|
·
Pasien bertanya-tanya tentang penyakit yang
diderita dan cara pengobatannya.
|
Ansietas
berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian
pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan pengobatan
|
·
Pasien mengatakan merasa malu.
·
Pasien mengatakan ada cairan yang keluar dari
vaginanya.
|
·
Pengeluaran cairan pervaginam.
|
Gangguan konsep diri (citra diri dan
Berduka) berhubungan dengan perubahan gaya hidup, peran dan penampilan.
|
Diagnosa yang dapat muncul Menurut
Carpenito,L.J (2000) adalah :
1)
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang.
2)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi
jaringan saraf akibat inflamasi sel kanker.
3)
Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek
pengobatan kemoterapi (mual, muntah).
4)
Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang
tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak
berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
5)
Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan
perubahan gaya hidup, peran dan penampilan.
6)
Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi
tubuh.
b. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam
proses keperawatan yang terdiri dari prioritas diagnosa keperawatan dan rencana
keperawatan. Tahap awal dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan.
1)
Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
paling dikeluhkan pasien :
a)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi
jaringan saraf akibat inflamasi sel
kanker.
b)
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang.
c)
Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek
pengobatan kemoterapi (mual, muntah).
d)
Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang
tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak
berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
e)
Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan
perubahan gaya hidup, peran dan penampilan.
f)
Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi
tubuh.
2)
Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan dibuat berdasarkan
diagnosa keperawatan menurut Doengoes
(2000) dan Carpenito (2000) :
a)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi
jaringan saraf akibat inflamasi sel
kanker.
Tujuan : Rasa nyeri
pasien berkurang
Kriteria Hasil : pasien mengatakan nyeri hilang atau
berkurang, pasien tidak tampak meringis
Intervensi :
Observasi dan catat lokasi, beratnya
(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik). Ajarkan tehnik
distraksi dan relaksasi. Observasi vital sign setiap 6 jam. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik.
Rasional :
Membantu membedakan penyebab nyeri
dan memberikan informasi tentang kemajuan
atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi. Pengalihan
perhatian terhadap nyeri yang dirasakan. Respon nyeri meliputi perubahan pada
tekanan darah, nadi dan pernafasan
yang berhubungan dengan keluhan dan tanda vital memerlukan evaluasi lanjut. Analgetik
dapat menghilangkan spasme dan nyeri
otot.
b)
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, iritasi
lambung, mual dan intake makanan kurang.
Tujuan : Kebutuhhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : pasien tidak mual dan muntah, pasien
menghabiskan porsi yang diberikan, berat badan pasien meningkat dari berat
badan sebelumnya
Intervensi :
Berikan makan sedikit dan makanan
tambahan yang tepat. Timbang berat badan setiap hari. Pertahankan higiene oral
yang baik sebelum dan sesudah makan. Hindari
membaui makanan dan rangsangan yang tidak mengenakkan
Rasional :
Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu
cepat setelah perioda puasa. Menimbang
berat badan memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau keefektipan terapi.
Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan. Membaui makanan yang tidak
mengenakkan dapat meningkatkan rasa mual pasien
c). Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek
pengobatan kemoterapi (mual, muntah)
Tujuan : Istirahat
tidur terpenuhi
Kriteria Hasil : pasien mengatakan bisa tidur pada
malam hari, tidak ada lingkaran hitam pada daerah mata
Intervensi :
Kaji tingkat tidur pasien. Ciptakan
lingkungan yang nyaman. Anjurkan untuk memilih posisi yang nyaman saat tidur. Observasi
tanda vital terutama tekanan darah.
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat tidur pasien.
Lingkungan yang nyaman membantu pasien tidur dengan tenang. Posisi yang nyaman
dapat meningkatkan jam tidur pasien. Tekanan darah yang rendah (hipotensi)
menunjukkan kekurangan tidur pada pasien.
c)
Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang
tidak dikenal, ketidakpastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya,
serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
Tujuan :
Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Kriteria Hasil : pasien mengatakan sudah mengetahui
tentang penyakitnya, pasien tampak tidak cemas
Intervensi :
Beri HE tentang penyakit dan
pengobatan yang akan dijalani. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya. Libatkan
pasien dan orang terdekat dalam mengambil keputusan. Evaluasi tingkat
kecemasan, catat respon verbal dan non verbal.
Rasional :
Untuk menambah pengetahuan pasien sehingga cemasnya dapat
berkurang. Mengurangi beban yang dirasakan pasien dan mempermudah dalam memberikan intervensi. Meningkatkan
rasa kontrol dan kerjasama, menurunkan rasa tak berdaya/putus asa. Ketakutan
dapat terjadi karena nyeri hebat.
d)
Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan
perubahan gaya hidup, peran dan
penampilan.
Tujuan :
Gangguan konsep diri dapat diatasi
Kriteria Hasil : pasien tidak malu terhadap penyakitnya
Intervensi :
Anjurkan orang terdekat untuk memperlakkukan pasien
sebagai orang normal. Berikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk
mendiskusikan masalah seksualitasnya. Kaji tingkat dukungan untuk pasien. Kaji
adanya prilaku merusak diri.
Rasional :
Menyampaikan harapan bahwa pasien
mampu mengatur situasi dan membantu mempertahankan harga diri pasien. Meningkatkan
pernyataan keyakinan/nilai tentang subyek positif dan mengidentifikasi
kesalahan/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi. Dukungan yang cukup
dari orang terdekat dapat membantu peningkatan harga diri pasien. Menunjukkkan
disfungsi koping dan upaya untuk menangani masalah dalam tindakan tidak efektif.
e)
Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi
tubuh.
Tujuan : Pasien dapat mengekspresikan berdukanya
Kriteria Hasil : pasien tidak berduka, pasien dapat menerima dirinya
Intervensi :
Catat adanya pernyataan tarhadap
perasaan putus asa, tidak berdaya dan hampa. Hormati keinginan pasien untuk
tidak bicara. Bersikap tulus jangan memberikan jaminan yang tidak pasti. Rujuk
pada pelayanan lain, konseling dan sebagainya.
Rasional :
Perasaan putus asa, tidak berdaya dan hampa merupakan
indikasi untuk mengakhiri hidup (Bunuh diri). Mungkin tidak siap untuk
menghadapi perasaan berduka. Ketulusan dapat meningkatkkan hubungan saling
percaya. Dengan konseling pasien dapat mengekspresikan perasaannya secara
terbuka.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan
yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003).
d. Evaluasi
1.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2.
Rasa nyeri berkurang
3.
Istirahat dan tidur terpenuhi
4.
Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
5.
Gangguan konsep diri dapat diatasi
6.
Pasien dapat
mengekspresikan proses berduka
2. Asuhan Keperawatan Kista Ovarium Post
Operasi
a. Pengkajian
Pada pengkajian post
operasi pasien dengan kista ovarium biasanya didapatkan data subyektif dan data
obyektif yaitu:
Data Subyektif
|
Data Obyektif
|
Masalah
|
·
Nyeri diarea bekas operasi
·
Merasa tidak nyaman diperut
·
Ketidaknyamanan abdomen
|
·
Nyeri tekan pada area bekas operasi
·
Ekspresi wajah meringis
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri.
|
·
Merasa penuh dikandung kemih
·
Tidak ada haluaran urine.
|
·
Distensi kandung kemih
·
Inkontinensia urine
|
Perubahan
eleminasi urinarius.
|
·
Pasien mengatakan lemas
|
·
Pasien tampak pucat
·
Kunjungtiva anemis
·
RBC, HGB, HCT dalam batas tidak normal
|
Perubahan
perfusi jaringan.
|
·
Pasien mengatakan ada luka
|
·
Terdapat luka bekas operasi
|
Resiko
tinggi infeksi dan kerusakan integritas kulit
|
·
Pasien mengatakan takut
·
Pasien mengatakan tidak berguna
|
·
Pasien selalu mengeluh
·
Pasien tampak takut
|
Harga
diri rendah
|
b. Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit,
jaringan dan otot
b.
Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
interupsi mekanis pada kulit/jaringan
c.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pembedahan,
trauma jaringan dan statis jaringan tubuh
d.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
aliran darah jaringan pasca operasi
e.
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma
mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal
f.
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan
feminitas
c. Perencanaan
1)
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas kebutuhan
menurut hirarki Abraham Maslow, adapun urutan prioritasnya adalah sebagai
berikut :
a). Perubahan
perfusi jaringan
b). Nyeri
akut
c). Perubahan
eliminasi urinarius
d). Kerusakan
integritas kulit/jaringan
e). Resiko
tinggi infeksi
f). Harga
diri rendah
2)
Rencana Keperawatan
(a)
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
aliran darah jaringan pasca operasi
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil : pasien tidak lemas, pasien tidak
pucat, konjungtiva tidak anemis, hasil lab dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda vital, pengisian kapiler, warna kulit,
membran mukosa. Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi. Catat keluhan rasa
dingin dan pertahankan suhu lingkungan. Kolaborai pemberian oksigen sesuai
indikasi.
Rasional :
Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi yang
tepat. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
Vasokonstriksi (keorgan vital) menurunkan sirkulasi perifer. Memaksimalkan
transfer oksigen ke jaringan.
(b) Nyeri akut
berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan otot
Tujuan : Rasa nyeri pasien
berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang
atau hilang, pasien tidak meringis
Intervensi :
Observasi dan catat lokasi, beratnya
(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik). Ajarkan tehnik
distraksi dan relaksasi. Observasi vital sign setiap 6 jam. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik.
Rasional :
Membantu membedakan penyebab nyeri
dan memberikan informasi tentang
kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi.
Pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan. Respon nyeri meliputi
perubahan pada tekanan darah, nadi dan
pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan tanda vital memerlukan
evaluasi lanjut. Analgetik dapat
menghilangkan spasme dan nyeri otot.
(c)
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma
mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan local
Tujuan : Eliminasi urine lancar/nomal
Kriteria hasil : pasien tidak merasa penuh di kandung
kemih, ada haluaran urine, tidak distensi kandung kemih.
Intervensi :
Kaji adanya kateter uretral dan observasi aliran urine. Catat
keluaran urine, sedikit penurunan/penghentian urine secara tiba-tiba. Observasi
dan catat warna urine. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan
adekuat.
Rasional :
Mempertahankan potensi ureter dan membantu penyembuhan
anastomosis dengan mempertahankan bebasnya urine. Penurunan urine secara
tiba-tiba dapat mengindikasikan obstruksi/disfungsi. Warna urine dapat
kemerahmudaan yang seharusnya jernih 2-3 hari. Mempertahankan hidrasi dan
aliran urine baik.
(d)
Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
interupsi mekanis pada kulit/jaringan
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki
Kriteria hasil : tidak ada luka
Intervensi :
Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi disekitar luka. Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit.
Gunakan lotion pada kulit yang kering. Gunakan lotion pada kulit yang kering.
Rasional :
memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman
kulit dan kemungkinan petunjuk pada area sirkulasi luka. Agar luka tidak
bertambah luas. Lotion dapat memberikan kelembaban pada kulit.
(e)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pembedahan,
trauma jaringan dan statis jaringan tubuh
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Kaji tanda vital terutama suhu. Tingkatkan prosedur
mencuci tangan yang baik terhadap staf dan pengunjung. Tekankan higiene
personal. Hindari/batasi prosedur invasif, taati teknik aseptic. Kolaborasi
dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :
Peningkatan suhu dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi. Membantu potensial
sumber infeksi dan/pertumbuhan sekunder. menurunkan resiko kontaminasi,
membatasi entri portal terhadap agen infeksi. Antibiotik merupakan obat
pencegah infeksi.
(f)
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan
feminitas
Tujuan : Harga diri meningkat
Kriteria hasil : pasien tidak menarik diri, pasien
mengatakan bahwa dirinya berguna, pasien tidak takut
Intervensi :
Dengarkan keluhan pasien dan tanggapannya mengenai
keadaan yang dialami. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien
senormal mungkin. Berikan informasi yang akurat diskusikan tentang pengobatan
dan prognosa. Perhatikan perasaan atau reaksi terhadap kecemasan seksual pasien.
Rasional :
Memberikan petunjuk bagi pasien dalam
memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk
memberikan informasi pada saat tahap penerimaan. Melibatkan pasien dalam
keluarga mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan sosial, tidak berdaya
dan perasaan tidak berguna. Informasi yang akurat dapat memberikan pengetahuan
yang luas sehingga pasien bisa menerima
keadaannya. Prilaku mungkin kacau. Menciptakan konflik pasien/staf yang
selanjutnya membuat perasaan negatif dan dapat menghilangkan keinginan pasien untuk
berpartisipasi.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan
yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003)
e. Evaluasi
1)
Perfusi jaringan adekuat
2)
Eliminasi urinarius lancar/normal
3)
Rasa nyeri berkurang
4)
Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki
5)
Infeksi tidak terjadi
6)
Harga diri meningkat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista ovarium
paling sering berupa kista folikel atau kista korpus luteum yang dapat
menyebabkan amonorea yaitu kondisi ketiadaan menstruasi atau periode loncatan
menstruasi ( Reeder Martin, buku Kedokteran Keperawatan Maternitas vol : 1,hal
: 262-263). Kista ovarium
merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus
luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Asuhan keperawatan
pada kista ovarium didahului dengan melakukan pengkajian, untuk mendapatkan
data dan merumuskan diagnosa yang muncul. Diagnose yang muncul pada kista
ovarium yaitu : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Gangguan rasa nyaman nyeri, Ganguan istirahat tidur, Ansietas, Gangguan konsep
diri (citra diri), Berduka, Perubahan perfusi jaringan, Nyeri akut, Perubahan
eliminasi urinarius, Kerusakan integritas kulit/jaringan, Resiko tinggi
infeksi, Harga diri rendah. Perencanaan
masing-masing diagnose berbeda. Untuk implementasi sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat. Terakhir membuat evaluasi sesuai dengan kriteria
hasil yang telah ditetapkan pada perencanaan.
B. Saran
Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang
penyakitnya. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi. Kepada
mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala
penyakit kista ovarium, maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk